Jago Last Wish
Jago Last Wish adalah sebuah proyek pembuatan aplikasi untuk membuat akun asuransi dan wasiat secara online.
Latar Belakang Pembuatan Aplikasi
Tabungan merupakan salah satu aspek penting untuk masa depan. Pada masa yang akan datang, membuat fitur rekening digital saja tidak cukup. Integrasi ke layanan yang bisa memberikan barang atau jasa yang dibutuhkan pengguna akan sangat dibutuhkan. Tujuannya agar semua menjadi mudah dan lancar, untuk sehari-hari, mimpi kedepan, dan aktivitas bersama teman dan keluarga.
Asuransi masih sangat jarang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Salah satu alasannya adalah karena masyarakat selalu berpikiran optimis dan tidak terlalu berpikiran negatif tentang masa depan yang bisa jadi menakutkan mereka. Bayangkan jika saat ini Jago membuat dan mengembangkan sebuah fitur yang berkaitan dengan asuransi.
Asuransi sebenarnya adalah suatu tabungan untuk jaga-jaga di masa depan. Dan hal itu bukanlah hal yang menakutkan. Bayangkan jika kamu dapat membuat sebuah wasiat secara digital, yang isinya bisa berupa apapun yg kamu ingin lakukan dan pendanaan untuk pelaksanaannya bisa dijamin oleh produk asuransi di belakangnya. Kita juga bisa membuat wasiat seperti biasa, meninggalkan uang untuk keluarga, atau wasiat luar biasa seperti meminta agar abu kita dikirim ke luar angkasa! Kita ditawarkan membuat permintaan sejauh imajinasi liar kita!
Objektif
- Mengajak masyarakat menggunakan produk asuransi dan wasiat
- Menyediakan fitur asuransi dan wasiat digital yang mudah dan aman
- Memberikan edukasi tentang asuransi
- Memberikan fitur gamifikasi yang secara tidak langsung mendorong user hidup lebih sehat dengan gift yang berkaitan dengan premi asuransi
Peran dalam Tim
Sebagai UX Designer yang berkolaborasi dengan 3 anggota tim lainnya, Krisna, Abrianto Pringgodigdo, dan Havinda Rosita untuk mengerjakan projek Jago Last Wish. Dalam tim ini, tanggung jawab saya adalah:
- Membuat User Flow
- Membuat Wireframe
- Membuat UI Design
- Membuat User Research
Design Process
Dalam kasus ini kami memilih menggunakan Design Thinking sebagai pendekatan design process yang kami lakukan. Kami memilih menggunakan Design Thinking karena produk kami adalah produk pengembangan dari produk yang sudah ada. Sehingga kami mencoba menggali kebutuhan user, kelemahan UI UX dari aplikasi serupa, dan membuat design baru yang kami anggap bisa menjadi solusi.
1 — Empathize
Kami melakukan riset mengendai kendala yang dialami user kompetitor. Kami melihat review di google playstore dan melakukan riset tentang kecenderungan penggunaan asuransi zaman sekarang.
2 — Define
Kami mengumpulkan segala keresahan user dan mengelompokkannya. Kami kemudian berdiskusi tentang solusi dan perbaikan yang bisa dilakukan. Keresahan user kami kumpulkan menjadi Pain Points. Isi dari Pain Points kemudian kami jabarkan ide solusinya menjadi How Might We.
3 — Ideate
Kami mulai mengerucutkan ide-ide dari setiap anggota. Kami kemudian berdiskusi (brain storming) untuk memutuskan ide mana saja yang hendak dieksekusi. Ide-ide dari How Might We kemudian dimasukkan ke dalam Solution Idea dan di voting. Seluruh hasil voting kemudian dikelompokkan dengan Affinity Diagram. Dari seluruh ide di Affinity Diagram, kami kemudian berdiskusi untuk menentukan Priorization Idea. Priorization Idea menentukan mana ide yang akan dieksekusi terlebih dahulu.
Tahap selanjutnya adalah kami memilih ide di kolom “Yes, Do It Now” pada Priorization Idea dan membuatnya menjadi User Flow. User Flow akan menunjukkan gambaran sederhana fitur-fitur dan tahap-tahap yang akan ada pada aplikasi kami. Selanjutnya kami membuat Wireframe yang menggambarkan secara visual setiap laman pada aplikasi kami beserta fitur dan pilihan untuk user. Kami menggunakan aplikasi Figma.
Tahap selanjutnya kami membuat Design System yang berisi komponen-komponen persiapan untuk membuat UI Design. Design System berisi Color System (pallet warna yang cocok dipakai berdasarkan warna utama), Font Style (kumpulan font yang akan dipakai di UI Design), Button Style (kumpulan tombol yang akan dipakai di UI Design), Component Set (kumpulan komponen yang akan sering dipakai saat membuat UI Design), dan Icon (kumpulan icon-icon yang mungkin dibutuhkan di UI Design).
Tahap terakhir adalah membuat UI Design. UI Design dibuat sesuai User Flow dan Wireframe yang telah dibuat, namun telah dilengkapi dengan gambar, icon, font, dan komponen lainnya yang penuh warna dan menarik. UI Design ini dipersiapkan untuk tampilan Prototype aplikasi yang akan di Testing ke user.
4 — Prototyping
Kami membuat prototype dengan menggunakan aplikasi Figma, karena sifatnya yang mudah untuk dilakukan kolaborasi antar anggota tim. Kami memuat alur untuk user berdasarkan frame-frame dalam UI Design yang telah kami buat dan menambahkan efek waktu dan transisi.
5 — Testing User
Kami menentukan kriteria user yang akan kami tuju dan melakukan prototype testing dengan User Research metode survey. Kami menggunakan parameter kuantitatif dan mengumpulkan data dengan menggunakan Google Form. Kami kemudian melakukan analisis dengan Usability Metrics dengan tipe Single Ease Question, dengan skala nilai 1–7 dan acuan angka keberhasilan 5,5.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil user testing yang kami lakukan, nilai Single Ease Question prototype aplikasi kami adalah 6.1(rata-rata dari 6 responden) dan telah mencapai batas bawah acuan keberhasilan (5.5). Hasil ini menunjukkan bahwa aplikasi kami berhasil memberikan kepuasan bagi sample user (responden) yang kami survey.
Rekomendasi Perbaikan
Berdasarkan saran dari responden, untuk meningkatkan penerimaan aplikasi maka aplikasi kami kedepannya akan melakukan perbaikan di bidang kemudahan UI design dan kejelasan setiap icon.
Demikian aplikasi Jago Last Wish hasil kerja dan diskusi saya dan tim. Terima Kasih
*disclaimer: karya ini merupakan bagian dari program Skilvul DTS PROA UI/UX Design Batch 3–2022.